Annual event yang
di adakan di salah satu SMA NEGERI di Salatiga ini kini telah memasuki tahun
ke-21 nya. Acara yang melibatkan calon bantara atau yang kami sebut caban ini
diadakan dalam rangka pelantikan para anggota pramuka yang berminat menjadi
bantara. Di ikuti oleh sekitar 70 caban yang kini telah resmi menjadi bantara.
Acara di mulai
pada siang hari setelah terima rapot. Upacara pembukaan berada di halaman
kantor guru sekolah. Setelah mengemasi barang-barang kamipun berangkat menuju
Desa Ngargoluko Ampel Boyolali. Dengan menggunakan truk, perjalanan ditempuh
sekitar 1 jam. Setelah sampai disana kami mendirikan tenda terlebih dahulu agar
kami dapat meletakkan barang-barang bawaan kami untuk 4 kedepan di tempat yang
teduh. Tepatnya di lapangan desa yang cukup luas, kami mendirikan tenda kami
dan setelah itu sejenak beristirahat untuk melepas penat yang di lanjutkan
makan siang.
Spesial picture
from: Afifah Ainun F.
Diawali dengan
kegiatan jalan-jalan di sekitar desa. Hawa pagi itu begitu dingin, mungkin
karena tubuh kami memang belum beradaptasi dengan lingkungan. Dengan memakai
baju hangat kamipun tetap bersemangat untuk berjalan-jalan pagi, meski udara
begitu dingin saat itu, foto berikut menjadi buktinya
Karena saat itu tidak membawa jurnal kegiatan,
saya tidak dapat menuliskan urutan kegiatan kami secara runtut dan detail. Yang
paling saya ingat saat itu salah satunya saat di hari kedua kami bermain dengan
anak-anak SD Ngargoluko. Kegiatan yang diawali permainan sederhana itu terasa
begitu berkesan bagi kami khususnya saya karena suka dengan anak kecil. Lewat
permainan sederhana seperti estafet kelereng dan estafet air, dll. Menjadi
kegiatan yang menjadi salah satu syarat kecakapan kami untuk mengurus junior
kami nantinya meskipun lewat anak-anak SD. Dengan diakhiri pembagian buku di
sekolah mereka, ada kejadian yang mengharukan ketika kami bertemu anak gadis
yang begitu sopan. Ternyata gadis itu adalah juara kelas di sekolahnya.
Pribadinya yang ramah dan sopan terhadap kami, menjadikannya perhatian khusus bagi
caban-caban dan DA. Hingga saat pembagian buku tulis saat itu saya menghampirinya
secara khusus untuk memberikan buku sambil menanyai apa cita-citanya kelak.
Senang rasanya mengingat masih ada anak yang begitu sopan dan pandai ditengah
perkembangan dunia yang telah menggerus kearifan pribumi yang dewasa ini tidak
lagi pandang bulu hingga anak-anak di bawah umur pun ikut terkena imbasnya.
Masih ada Siti nama gadis polos yang manis itu, seperti membuka harapan baru
bagi dunia. Di negara yang akan selalu butuh penerus bangsa ini, yang cerdas
namun masih tertanam jiwa pribumi di dalamnya.
Selain kegiatan
bersama anak-anak SD kami juga mendapat berbagai ilmu di sesi materi yang di
berikan para pemateri dari berbagai bidang seperti PMI misalnya, yang
menjelaskan tentang bagaimana menjadi orang yang dapat melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan dan mengatasi berbagai macam luka seperti luka digigit
ular, luka bakar, dll.
Di malam terakhir
agenda kegiatan kami begitu padat. Setelah kegiatan siang kami hanya beristirahat
selama 1 jam di tenda, setelah itu kami di bangunkan kakak-kakak DA.
Kegitatan malam hari dimulai dengan renungan
tentang bagaimana perilaku kurang atau tidak bersyukur kami dengan apa yang
telah diberikan orang tua maupun yang lainnya. Dengan di isi oleh suara yang
terdengar seperti alumni dari sekolah kami yang dulu juga menjadi DA, karena saat itu kami disuruh memejamkan mata.
Sesekali terdengar bunyi orang menangis karena renungan itu.
Setelah selesai
akhirnya kami sampai di inti acara yang sekaligus menjadi penutup acara kemah
bakti. Acara yang bagi sebagian orang yang takut akan hal-hal berbau mistis
mungkin kegiatan itu menjadi kegiatan yang paling dibenci mereka. Entah apa
namanya aku menyebutnya jerit malam. Jerit malam kali ini begitu berbeda dengan
jerit malam yang pernah saya alami di kemah-kemah sebelumnya, bahkan menjadi
jerit malam yang mungkin paling fantastis bagi seorang penakut seperti saya.
Saat itu satu
persatu dari kami diberi pengarahan oleh seseorang yang sepertinya juga alumni.
Kami diberi tahu untuk tidak menengok ke belakang ketika sudah jalan dan
diminta untuk mengikuti arah senter yang diberikan kepada kakak-kakak senior.
Saat itu karena saya ingin buang air kecil saya berjalan terlebih dahulu dari
teman-teman yang lain. Dalam hati saya sudah sangat ingin menyerah di kegiatan
itu karena pasti akan sangat menyeramkan. Namun salah satu alumni mengatakan
bahwa jalan yang nantinya d lalui itu dekat. Setelah menempuh sekitar 30 meter
saya yakin saja karena ketika mulai berjalan ada cahaya yang membuat saya lega
karena saya pikir telah sampai. Ternyata disana ada cahaya senter yang menjadi
petunjuk jalan bagi saya. Tanpa mengatakan sepatah katapun mereka yang memegang
senter terlihat menyeramkan karena sama sekali tidak berbicara. Dan lagi mereka
hanya menunjukkan jalan lewat cahaya senter yang setelah itu mereka matikan
ketika kami telah menuju kejalur yang benar, mereka tidak mengantarkan kami.
Hanya menununjukkan cahaya ke jalur yang harus kami lewati. Di pos pertama saya
melihat dua orang yang tengah duduk di tempat duduk yang kami sebut “buk”.
Seorang wania dengan rambut tergerai panjang menutupi wajahnya berada di
sebelah kanan jalan sambil menanyai saya “Mau kemana mbk?”. Saya yang saat itu
tengah tegang kaget melihatnya mebuat kaki saya gemetaran. Tak jauh dari sana
ada kakek-kakek yang mengikuti saya yang sangat dekat dan hampir berada persis
di belakang saya menggunakan tongkat, namun setelah itu ia pergi. Saya tak
menggubris hantu-hantu gadungan yang tetap saja bagi saya menakutkan itu. Setelah
itu saya melanjutkan perjalanan yang cukup jauh yang saya sadar bahwa perkataan
salah satu alumni adalah bohong belaka. Mungkin agar saya tidak takut. Sebelumnya
saya yang hampir menyerah saat itu ditenangkan oleh seseorang yangmengatakan
bahwa jalannya dekat. Perjalanan menjadi lebih seram dan jauh karena di
sepanjang jalan desa tidak ada lampu. Apalagi ketika lewat gang pedesaan yang
sempit dan menyeramkan karena seperti di pedesaan pada umumnya yang tidak padat
penduduk. Jadi terkadang jarak anatara rumah satu dengan rumah lainnya cukup
jauh diselingi oleh kebun.
Lega rasanya jerit
malam itu ketika saya telah menyelesaikan jerit malam. Berakhir di balai desa
sesampainya disana saya disuruh mencium ujung bendera lalu hormat sambil
mengucapakan janji yang tidak terlalu saya ingat saat itu karena masih sedikit
speechless sehabis jerit malam. Yang saya ingat sebelumnya saya disuruh cuci
muka menggunakan air bunga.
Kegiatan berakhir
dini hari, sekaligus menjadi kegiatan pelantikan kami sebagai bantara.
Kemah bakti ini begitu berkesan karena, kami
dituntut untuk hidup sederhana, makan sederhana, belajar tentang leadership, untuk
tidak menjadi anak yang manja dan penakut dan masih banyak manfaat yang dapat
dipetik dari kemah tersebut. Kegiatan yang di kemas begitu apik yang pastinya
telah di persiapkan dengan matang oleh para senior kami ini, sangat berkesan
bagi saya dan teman-teman. Juga menjadi semacam seremonial pertanda kini kami
telah menerima estafet yang diberikan senior kami untuk meneruskan perjuangan
memajukan di sekolah kami SMA NEGERI 3 SALATIGA.
DITULIS OLEH : SEKAR
AYU M.
26 JUNI 2014




Tidak ada komentar:
Posting Komentar