Picture by Google
Bismillahirrahmanirrahim. . .
Assalamualaikum sahabat pembaca sekalian semoga selalu dalam limpahan rahmat dan hidayahnya selalu, aamiin
Kali ini bahasannya yang berbeda akan saya sajikan, mengenai anak. Meskipun ini hanya sebagai perspektif seorang mahasiswi yang juga belum menikah maupun mempunyai anak. Namun sebagai alternatif pandangan yang sangat mengakar di masyarakat dan yang saya pandang hal tersebut tidak baik bahkan harusnya ada perubahan. Karena jika keterusan bisa membahayakan generasi mendatang yang punya tantangan semakin kompleks dari kita sekarang. Mari berbenah mulai dari sendiri, menjadi agen of change di lingkungan keluarga dan kerabatmu terdahulu.
Masuk ke pembahasan. . .
Seseorang menilai semua penghuni
hutan dari cara ia berenang maka yang paling pandai adalah ikan, dan kera
paling bodoh. Dan seseorang menilai kepandaian dengan tolok ukur berhitung
maka anak dengan kemampuan berhitung paling baik akan terlihat paling pandai,
dan anak dengan keahlian penguasaan bidang lain pun akan dianggap bodoh. Padahal
kenyataannya anak yang pandai matematika belum tentu bisa menguasai menguasai
bidang tertentu yang lain.
Dalam suatu ceramah juga
dikatakan bahwa Allah menitipkan peran penting kepada setiap anak. Bahkan guru
mengaji saya dahulu berkata “Anak yang nakal adalah anak yang berakal”, wallahualambishohab
Meskipun pada realitanya anak
tersebut sangat nakal, sulit diberi tahu, bahkan tidak naik kelas dan dianggap
bodoh. Kita begitu abai terhadap sebab mengapa anak tersebut seperti itu, yang
kita fokuskan adalah bagaimana anak tersebut berbuat demikian tanpa tau apa
alasan yang mendasarinya atau dalam istilah sosiologi disebut motif. Bisa saja
memang anak tersebut memiliki keterbatasan atau kelambatan dalam belajar. Hal ini
juga masih dicabang-cabangkan lagi mengenai kelambatan serta kesulitan anak dalam
belajar seperti faktor dari luar dan dari dalam. Faktor dari luar berkisar
mengenai metode yang diterapkan oleh pengajar bisa saja ditangkap berbeda oleh
muridnya, ada yang lambat dan cepat. Lingkungan belajarnya seperti keluarga dan
teman-temannya juga menjadi faktor penerimaan anak terhadap suatu pelajaran
faktor ini akan lebih dalam dijelaskan dengan ilmu-ilmu sosial. Mengenai faktor
yang kedua yaitu faktor internal si anak, faktor ini membahas mengenai
bagaimana kemampuan otak anak yang sulit menerima sebuah pembelajaran,
sedangkan faktor ini lebih mengacu pada ilmu bantu exact karena menyangkut
kondisi badaniyah si anak.
Kedua faktor tersebut sama-sama
bisa diatasi dengan pendekatan yang berbeda asalkan dengan ketelatenan dan ilmu yang cukup untuk orang tua serta pengajar, karena pada
hakikatnya seorang anak lahir dengan keadaan fitrah, ibarat kertas putih bersih
yang dapat dengan mudah digoreskan berbagai macam warna ilmu. Semakin dini anda
mengetahui sejauh mana kemampuan anak, serta metode apa yang cocok untuknya,
akan semakin pandai dan terselamatkan anak tersebut. Insyaallah. Mengapa saya
sebut terselamatkan, karena beberapa anak tenggelam dalam celaan lingkungannya
bahkan keluarganya sendiri dan merasa dirinya sangat bodoh. Mereka tidak tahu
ada mutiara yang indah di dalam lautan, bakat-bakat luar biasa pada setiap anak
layaknya mutiara yang langka dan unik pada setiap satunya, tidak dapat
dibanding-bandingkan atau disamakan.
Pada kesimpulannya jangan
mengatakan si A si B bodoh dan nakal, namun kata-kata tersebut bisa diubah
menajadi si A sedikit atau sangat lambat ketika mempelajari ilmu A dan si B adalah
anak yang aktif dan sehat namun sedikit sulit di kendalikan atau diberi tahu.
“Kata-kata yang positif
mencerminkan pikiran yang positif dan melahirkan tindakan yang positif”
Karena kata-kata yang kita
ucapkan bisa menjadi boomerang suatu saat nanti yang akan kembali pada kita. Seperti
ucapan “dia sangat cerewet” akan mempengaruhi otak kita yang dalam alam bawah
sadar kita akan melakukan hal yang mirip dengan yang kita ucapkan atau bahkan
sama, lantas apa bedanya anda dengan orang yang anda ghibahkan
Semoga dengan uraian yang akan
saya jelaskan tadi dapat mengubah perspektif atau cara pandang anda dalam
melihat dunia khususnya anak. Postingan akan berlanjut insyallah dengan anak tema yang berbeda lagi.
Saran dan kritik bisa ditinggalkan di kolom komentar, semoga kebaikan kembali padamu. . .
