“Bagaimana keadaanmu sayang?” kata
Sashi dibalik tirai Tere, “Ya masih seperti ini tubuhku bergetar jika dekat
dengan permata biru maka dari itu aku harus memakai gaun khusus ketika kita
bertemu”, “Gaun yang seperti apa?” tanya sashi kebingungan “,Namanya wedding
dress buatan perancang sekaligus tabib ku dari korea namanya Guru Tae” “Gaun
itu khusus dijahit dengan alunan musik tradisional korea, dan lagi gaun itu
hanya bisa dibuat saat musim semi saat ginseng pertama tumbuh di kebunnya, yang
ia khusus tanam sendiri. Dan gaun itu akan hilang kemampuannya apabila ginseng
pertama itu dipetik”, “Oh seperti itu aku akan membantumu menemukannya, tapi
bagaimana kita menghubungi Guru Tae”, “Ayahku akan mengurusnya” tenang Tere
Tersiar kabar bahwa putri sedang
sakit dan obat dari tabib Kolala hampir habis, seluruh negeri menjadi khawatir
dan berusaha menolong sang putri apalagi Tabib Fandi. Itu artinya sebelum musim
semi Tere dan Sashi tidak akan bisa bertemu. Tabib Fandi adalah tabib yang
hebat namun karena kesalahannya kini ia menjadi tahanan kota di ibu kota dan
menjadi tabib sukarela bagi warga ibu kota Rinjane. Fandi pernah mencuri
ginseng pertama milik Guru Tae untuk ibunya yang sakit keras. Pangeran Sashi
yang mengetahui amat kesal dan hampir membunuhnya karena nya mereka sampai saat
ini bermusuhan. Pangeran sashi yang berada di North Rinjane melakukan penjagaan
ketat terhadap perkebunan milik Guru Tae yang termahsyur itu. Terutama ayah
kedua belah pihak yaitu raja North Rinjane dan South Rinjane melakukan
penjagaan ketat terhadap perkebunan itu. Fandi adalah teman masa kecil Tere,
namun ia diam-diam menyimpan perasaan pada putri kecil itu.
Sampai-sampai Anita dan Yasha
sahabat Tere yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri datang menjenguk,
karena mendengar sakit yang diderita Tere. “ Kau sakit apa Tere?” tanya Anita
sambil memegang tangan Tere khawatir. “Kalian pasti telah mendengarnya, aku
terjatuh dari kuda saat sedang berolahraga dan itu membuat sakitku bertambah
parah hari ini teman-teman”. “Bagaimana bisa? Apa kau tidak hati-hati saat itu Tere”,
“Ya saat itu aku sedang sangat bersemangat, aku jatuh terkena batu
sampai-sampai aku tidak sadarkan diri”, “Astagaaaa. . .” kata Yasha. “Tenang
saja kalian tidak perlu khawatir orang tuaku sedang mencarikan obat untukku
teman-teman, kalian fokus belajar saja nanti kalau aku rindu kalian, kalian
datang berkunjung ya. Karena saat ini aku dalam masa penyembuhan sampai musim
semi tiba, musim semi kan datang beberapa bulan lagi. Aku sangat bosan berada
di istana, aku ingin bermain bersama kalian, dan bertemu Sashi”, “Hush kamu di
sini saja Tere, kamu fokus penyembuhanmu “kata Yasha “Iya kamu disini saja
fokus dengan penyembuhanmu Tere” Anita menimpali, “ngomong-ngomong Krisha masih
sibuk ya?, padahal aku masih rindu” kata Tere sebal, “Iya, Krisha kan pebalet
nasional Tere kau tidak ingat? bagaimana keadaan Sashi ?“ Jelas Yasha “Sashi
baik-baik saja, saat ini ia masih sibuk oleh pendidikannya di pusat kota North
Rinjane jadi aku makin kesepian deh” kata Tere sedih, “Tidak apa-apa yang
penting kalian berkomunikasi dan lagi dia memang harus menempuh pendidikan kan,
cita-citanya menjadi Ksatria di negrinya sangat kuat karena kudengar dia ingin
meneruskan perjuangan kakeknya yang juga seorang ksatria. Bukannya kadang ia menjengukmu
lewat ayahmu?”, “Iya dia menemui ayahku selama ini, dan membicarakan tentang
keadaanku selama kita tidak bertemu” kata Tere.
Penyesalan mulai datang pada Tere
mengapa dulu ia harus mencintai seorang yang menyebabkan penyakitnya kambuh.
Ya, Tere mencintai seorang ksatria yang harus memiliki permata biru sebagai
jimat keselamatannya. Kalut menyelimuti sang putri, karena permata itulah yang
mendatangkan sakit yang dideritanya dari lahir.
Akankah Tere sembuh dan selamat
dari penyakitnya dan dapat bersama sang calon ksatria Sashi? Simak dalam cerita
selanjutnya dalam “MIRACLE OF LOVE”
Bersambung. . .
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMungkin sebaiknya untuk setiap dialog dibuat baris baru untuk mempermudah pembaca
BalasHapusOke mbang 😁
Hapus